Laporan Observasi Pembelajaran IPS SD



Laporan Observasi
Pembelajaran IPS Kelas 5 SD
di SDN Kamal 1 Bangkalan


universitas_trunojoyo_madura_HMP_PGSD.png
 









Dosen Pengampu:
Rival Hanip, S.Pd., M.Pd

    Disusun oleh:
     Kelompok 5
1.      Fitri Nur Lailiyah                        (150611100122)
2.      Rensi Vimbi Alfianita                 (150611100131)
3.      Puji Hermiati                               (150611100143)
4.      Leni Ningtia Safitri                     (150611100145)
5.      Nur Aini                                       (150611100149)
6.      Fafan Shohabudin Faizin           (150611100158)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur  kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan  tugas  matakuliah Pembelajaran IPS SD tentang laporan observasi pembelajaran IPS Kelas 5 SD di SDN Kamal 1 Bangkalan.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya. Sebab kata pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan patah”. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran yang bersifat membangun untuk mendorong  kami menjadi lebih ke depanya.
            Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan pembaca. Amin..

                                                         

                                                                        Bangkalan, 6 Oktober 2016


Tim Penulis







DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 5

Bab II Pembahasan
2.1  Pembelajaran IPS di SD ............................................................................ 6
2.2 Kelebihan pembelajaran IPS SD kelas 5 di SDN Kamal 1 ....................... 7
2.3 Kelemahan pembelajaran IPS SD kelas 5 di SDN Kamal 1....................... 13
2.4 Solusi dari permasalahan pembelajaran IPS SD di SDN Kamal 1.............. 18

Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 20
3.2 Saran .......................................................................................................... 20
Daftar Pustaka  ..................................................................................................... 21
Lampiran .............................................................................................................. 22


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia ialah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa antara lain dengan mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ada beberapa macam usaha yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia, misalnya dengan membenahi lembaga pendidikan, meningkatkan mutu guru, memperbaiki proses pembelajaran, dan mengembangkan kemampuan siswa baik ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Dalam mengembangkan kemampuan siswa, pendidik harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik dan berkualitas memiliki fungsi dan tujuan untuk mengaktifkan siswa di dalam kelas serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas, apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas, serta meningkatnya pemahaman siswa di dalam kelas. Untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa di dalam kelas, maka perlu dibuat suatu rencana pembelajaran yang baik.
Pembelajaran IPS  khususnya di sekolah dasar, menunjukan indikasi bahwa pola pembelajaran yang di kembangkan oleh guru cenderung bersifat teks book oriented, hanya memindahkan pengetahuan secara utuh yang ada di kepala guru kepada kepala murid. Akibatnya guru telah merasa mengajar dengan baik, namun pada kenyataannya murid tidak belajar. Disamping itu pola pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa jenuh, siwa tidak di ajarkan berpikir logis hanya mementingkan pemahaman dan hafalan. Hal ini yang membuat pelajaran ini kurang di gemari banyak siswa, pembelajar IPS terkesan tidak menarik bagi siwa karena ruang lingkupnya yang luas. Sebagian siswa merasa stres dengan pembelajaran ini karena banyaknya materi yang harus di hafal, sehingga kemampuan berpikir logis, kemampuan mengingat dan konsentrasi jadi menurun. Siswa menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, di perparah lagi sama cara guru yang mengajarkannya terlalu teoritis serta tidak menggunakan media pembelajaran.
Selain itu, kejenuhan dalam pembelajaran IPS akan membuat siswa kurang  fokus dalam belajar. Ketika siswa jenuh, siswa lebih memilih hal-hal yang menurut mereka lebih menyenangkan, seperti mengobrol dengan temannya atau juga asik dengan imajinasinya sendiri. Hal seperti itu akan berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran. Siswa tidak akan menyerap apa yang akan di paparkan oleh guru apa bila keadaan siswanya tidak dalam keadaan siap belajar.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah pembelajaran IPS di SD?
2.    Apasajakah kelebihan pembelajaran IPS SD kelas 5 di SDN Kamal 1?
3.    Apasajakah keemahan pembelajaran IPS SD kelas 5 di SDN Kamal 1?
4.    Bagaimanakah solusi dari permasalahan pembelajaran IPS SD di SDN Kamal 1?

1.3  Tujuan
1.    Mengetahui bagaimanakah pembelajaran IPS di SD;
2.    Mengetahui apasajakah kelebihan pembelajaran IPS SD kelas 5 di SDN Kamal 1;
3.    Mengetahui  apasajakah kelemahan pembelajaran IPS SD kelas 5 di SDN Kamal 1, dan
4.    Mengetahui Bagaimanakah solusi dari permasalahan pembelajaran IPS SD di SDN Kamal 1.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Pembelajaran IPS di SD
     Sesuai dengan tujuan lembaga Sekolah Dasar, IPS di SD tidak bersifat keilmuan melainkan bersipat pengetahuan. Ini berarti bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial melainkan hal-hal yang bersifat praktis yang berguna  bagi  dirinya  dan kehidupannya kini maupun masa yang  akan datang dalam berbagai lingkungan dan aspek sosial yang berlainan. Pembelajaran IPS bersipat pembekalan (pengetahuan, sikap dan kemampuan) mengenai seni berkehidupan. 
     Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan satu contoh yang dikutipkan dari metodologi pembelajaran IPS (Sumaatmadja,1984: 24). Pokok bahasan : Pengaruh perang Diponegoro terhadap kebangkitan nasional Indonesia. Ditinjau dari isi topiknya, pokok bahasan di atas bertumpu pada aspek sejarah. Tetapi meskipun demikian, jiwa perang Diponegoro itu erat sekali dengan aspek budaya, aspek sikap mental dan tidak dapat pula dilepas dari aspek geografi dan aspek ekonominya. Oleh karena itu,  pada pembahasannya guru harus melakukan interalasi aspek-aspek sejarah dengan aspek-aspek ekonomi, aspek budaya aspek geografi dan lain-lain. Dengan penyajian demikian, peristiwa sejarah tersebut akan lebih bermakna secara menyeluruh bagi pembinaan mental dan efeksi anak didik yang mengikuti proses pembelajaran IPS tersebut.     Dari contoh tersebut pembelajaran IPS yang menerapkan pendekatan terpadu dapat membina kognisi, afeksi dan psikomotor anak didik sebaik-baiknya. 
Ilmu Pengetahuan sosial di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran yang mengajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan masyarakat atau manusia secara sistematis. Tetapi dalam praktek pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak guru yang tidak bisa menterjemahkan isi dari kurikulum itu sendiri, dan hanya berpedoman pada pengalaman mengajar sehingga pembelajaran di kelas tidak berkembang dan tidak memberikan kepada siswa kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Dalam proses pembelajaran diupayakan mengaitkan bahan pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Disamping itu perlu digunakan kejadian yang aktual untuk mendukung atau memperkuat pembelajaran IPS yang sudah ada.
     Berdasarakan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS SD guru harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang aktif, inovatif dan kreatif. Guru adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil guna proses pembelajaran. Dengan demikian diperlukan kepekaan dan kreativitas guru dalam menerapkan dan mengembangkan prinsip-prinsip pembelajaran aktif.

2.2       Kelebihan Pembelajaran IPS SD Kelas 5 di SDN Kamal 1
Dalam kegiatan observasi di SDN 1 Kamal ini, kami menemukan banyak kelebihan mulai dari sarannya dan juga pada proses pembelajarannya itu sendiri.
a.   Kelebihan Sarana dan Prasarana
     Berikut ini adalah kelebihan yang ditinjau dari segi sarana dan prasarananya:
1.    Ruang kelas lengkap
Ruang kelas merupakan sarana yang paling penting, karena ruang kelas berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Ruang kelas yang lengkap disini artinya setiap kelas memiliki ruangan masing-masing. Sehingga setiap 1 ruang kelas hanya digunakan oleh satu kelas saja. Hal ini akan menyebabkan siswa bisa lebih konsentrasi dan lebih serius dalam belajar. Akhirnya, pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
2.    Terdapat peralatan drumband untuk kegiatan ekstrakurikuler
Selain kegiatan pembelajaran, siswa bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lain melalui kegiatan ekstrakurikuler. Di SDN Kamal 1 ini terdapat kegiatan ekstra yang salah satunya drumb band. Dengan adanya kegiatan ini, siswa diatih untuk bisa terampil dalam bermain alat musik. Drumb band ini juga sebagai salah satu implementasi dari pembelajaran seni budaya yang ada di sekolah.
3.    Penataan tempat duduk satu siswa satu kursi dan satu bangku
Dengan sistem penataan ruang seperti ini, siswa tidak akan bisa menganggu siswa lain yang ada di sampingnya karena berbeda bangku sehingga jaraknya terpisah agak jauh, hal ini akan menyebabkan siswa menjadi lebih serius dalam memperhatikan penjelasan guru sehingga kelas menjadi kondusif dan tenang.
4.    Terdapat kipas angin pada setiap kelas.
Kipas angin memang hanyalah sarana pendukung saja, artinya keberadaannya tidak wajib dalam setiap sekolah. Namun jika ada, tentu akan lebih baik mengingat keadaan cuaca di Madura yang cukup panas, sehingga keberadaan kipas angin ini sangat membantu untuk menghilangkan rasa kepanasan yang dialami siswa. Dengan begitu, diharapkan konsentrasi siswa tidak buyar ketika cuaca terasa sangat panas.

b.   Kelebihan dalam Proses Pembelajaran
     Pada observasi di SDN Kamal 1 ini, kelas 5 dibagi menjadi 2 ruang yaitu kelas 5A dan kelas 5B. Berikut adalah penjelasan kelebihan proses pembelajaran pada masing-masing kelas:
·      Kelebihan di kelas 5A
1.    Guru menggunakan media pembelajaran
     Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan suatu pembelajaran karena ketika pembelajaran itu di lakukan dengan cara yang menyenangkan, maka materi yang di pelajari akan mudah di terima dan di mengerti dengan baik oleh siswa. Untuk mengatasi pembelajaran IPS agar tidak monoton dan lebih bervariasi, maka dapat di gunakan media pembelajaran. Di kelas 5 A guru menggunakan media berupa gambar kenampakan alam yang di print di kertas untuk menunjukkan kepada siswa tentang kenampakan alam buatan dan bukan buatan.
     Sudjana dan Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a.     Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.    Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
c.     Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d.    Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
2.                Siswa aktif
     Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan  yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaan yang tidak dapat dipisahkan(sudirman, 2001:98).
Siswa yang aktif menyebabkan kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup. Guru yang aktif akan sia-sia jika siswanya tidak memberikan respon yang sama, oleh karena itu keaktifan siswa juga menjadi hal yang penting dalam pembelajaran, karena dapat menentukan keberhasilan dari pembelajaran tersebut. Di kelas 5 A banyak siswa yang antusias menjawab ketika guru memberikan pertanyaan, hal ini terlihat ketika guru bertanya di depan kelas banyak siswa yang mengacungkan tangannya.
3.    Pembagian kelompok dilakukan dengan merata
Dalam pembagian kelompok, guru mempunyai konsep di setiap kelompok terdapat satu anak yang lebih unggul, dimana anak tersebut dapat mengajak dan mengajari teman-teman yang lainnya. Pada proses pembelajaran di kelas 5A, guru telah menerapkan konsep tutor sebaya. Tutor adalah mereka orang pilihan yang dijadikan sebagai pembimbing dalam suatu kelompok. Karena yang menjadi tutornya adalah teman seumur atau sebaya, maka model pembelajaran ini disebut tutor sebaya. Secara usia yang sama, tentu memungkinkan interaksi antar siswa lebih intensif. Karena dengan melihat temannya bisa menjadi tutor maka menimbulkan rasa persaingan sehat dalam kegiatan belajar mengajar. Karena model ini lebih berpusat pada siswa. Dengan umur sebaya antara tutor dengan yang lain maka penerimaan pembelajaran akan lebih dimengerti. Karena tutor sebaya akan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dan mudah dipahami antar siswa. Sehingga, siswa yang lain dapat menerima penjelasannya. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, dan teman yang tidak tahu lebih berani untuk bertanya maupun member tanggapan.
4.    Pembentukan kelompok kecil dalam kegiatan diskusi
Pembentukan kelompok kecil tentu akan lebih efektif, karena dapat menghindari terjadinya siswa ramai dan ada anak yang tidak bekerja. Guru bisa membimbing dengan lebih mudah jika terbagi dalam kelompok kecil. Nah, pada kelas 5A dalam satu kelompok guru membuat peraturan bahwa anggota hanya terdiri dari 4-6 anak, sehingga diskusi kelompok menjadi efektif dan tidak terlalu ramai.
5.    Guru berkeliling ke setiap kelompok dan membimbing para siswa bila menemukan kesulitan.
     Sebagai fasilitator, guru bertugas untuk membimbing dan mengarahkan siswa untuk dapat menggali dan mengembangkan pengetahuannya. Pada kelas 5 A ini guru selalu berkeliling dan membimbing siswanya, sehingga walalupun sedang diskusi, seluruh kegiatan siswa tetap dipantau oleh guru.

·      Kelebihan di kelas B
1.    Kelas kondusif
     Pengertian kondusif menurut KBBI adalah kondisi yang tenang atau yang lebih mudah untuk diartikan adalah sebuah kondisi yang tidak semrawutan dan mendukung untuk terjadinya suatu aktivitas atau tujuan tertentu. Kelas kondusif adalah ruangan kelas yang menarik , efektif dan mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran siswa kelas 5 B SDN Kamal 1 tenang dan antusias mendengarkan penjelasan guru, sehingga pembelajaran berlangsung kondusif dan efektif. Selain itu ruang kelas yang menarik membuat siswa semakin merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
2.    Kelas bersih
     Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, debu, sampah, dan bau. Kelas adalah suatu ruangan yang ditempatioleh beberapa siswa dan tenaga pengajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Jadi, kelas yang bersih adalah suatu ruangan yang ditempati oleh siswa dan tenaga pengajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar yang bebas dari kotoran debu, sampah, dan bau serta bebas dari virus, bakteri pathogen, dan bahan kimia berbahaya. Siswa kelas 5 di SDN Kamal 1 sangat antusias dalam menjaga kebersihan. Sebelum memulai pelajaran siswa kelas 5 akan membersihkan kelas terlebih dahulu, seperti menyapu dan membuang sampah. Hal ini sangat bermanfaat untuk merapikan kembali keadaan kelas yang tealh digunakan pada jam sebelumnya, sehingga saat sudah masuk ke jam berikutnya, kelas masih dalam kondisi bersih sehingga suasana tempat belajar tetap terasa nyaman.
3.    Gotong royong
            Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Kata gotong royong berasal dari kata gotong yang artinya bekerja dan royong berarti bersama. Kegiatan gotong-royong dapat menjadikan siswa lebih dekat dan memiliki solidaritas tinggi.
            Kegiatan gotong-royong dipraktekkan oleh siswa kelas 5B dalam kegiatan membersihkan kelas. Mereka melakukannya bersama-sama, ada yang menyapu kelas, membersihkan kaca, merapikan meja dan membuang sampah. Mereka saling bantu tanpa ada yang berpangku tangan.
4.    Siswa patuh kepada guru
Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sekaligus pendidikan
akhlak terhadap murid-muridnya. Sebagaimana seorang anak memperlakukan orang tuanya, bagitu pulalah sikap yang harus ditunjukkan oleh murid kepada gurunya. Karena jasanya yang sangat besar kepada murid-muridnya, sudah selayaknya seorang murid menerapkan perilaku atau adab yang baik kepada gurunya. Nah, siswa kelas 5 SDN Kamal 1 sangat menghormati dan patuh dengan apa yang diperintahkan gururnya, seperti halnya ketika siswa menyambut kedatangan kami guru menyuruh siswa untuk membersihkan kelas terlebih dahulu. Kemudian ketika jam istirahat guru menyuruh siswa memberi kami air minum, dan mereka mematuhinya.
5.    Pembelajaran dilakukan dengan diskusi
Metode belajar kelompok atau belajar dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok – kelompok kecil (sub-sub kelompok). Pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latarbelakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Pada kelas 5 SDN Kamal 1, guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok dan mendiskusikan masalah yang sudah diberikan. Pada pertemuan tersebut guru memberi materi tentang “Kenampakan alam dan buatan di Indonesia”, guru menyuruh menyuruh tiap kelompok untuk mendiskusikan manfaat dan dampak kenampakan buatan yang ada di Indonesia yang ada di sekitar kehidupan siswa.
6.    Siswa aktif
Pada pembelajaran IPS di SDN Kamal 1, memperlihatkan bahwa siswa sangat berpartisipsi saat pelajaran berlangsung. Dibuktikan dengan guru yang member pertanyaan kepada siswa dan seluruh siswa menyaut menjawabnya. Saat itu apabila siswa menjadi partisipasi aktif, maka ia memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik. Bahwa yang dimaksud dengan peran aktif adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi pengajuanpendapat, bertanya serta menimbulkan diskusi dengan guru.
Menurut Heinz (1981 : 65) untuk belajar secara aktif siswa bekerja sendiri misalnya melalui:
a)    Siswa mencari jalan untuk memecahkan masalah sendiri.
b)   Siswa menjawab pertanyaan guru.
c)    Siswa belajar bertanya.
d)   Siswa mengambil keterangan dari buku maupun dari penjelasan guru.
e)    Siswa dapat mendiskusikan sesuatu hal dengan kawannya.
f)    Siswa dapat melakukan satu percobaan sendiri.
g)   Siswa bertanggungjawab atas hasil pekerjaannya.
7.    Guru memberi motivasi di akhir pembelajaran
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1.    Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir;
2.    Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya;
3.    Mengarahkan kegiatan belajar;
4.    Membesarkan semangat belajar, dan
5.    Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (disela-sela adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan.

2.3       Kelemahan Pembelajaran IPS SD Kelas 5 di SDN Kamal 1
Dalam kegiatan observasi di SDN 1 Kamal ini, kami juga menemukan kelemahan mulai dari sarannya dan juga pada proses pembelajarannya itu sendiri.
a.    Kelemahan sarana dan prasarana
     Berikut adalah kelemahan atau kekurangan yang ada di SDN Kamal 1 ditinjau dari segi bangunan:
1.    Tidak ada taman dan lapangan olahraga
Taman bermanfaat untuk keindahan sekolah itu sendiri dan juga sebagai fungsi kerindangan. Di SDN Kamal 1 ini tidak ada tamannya sehingga sekolah terlihat sepi dan kurang indah jika dilihat dari luar. Di SD ini juga tidak ada lapangan olahraganya, padahal lapangan adalah saran yang penting, selain sebagai tempat untuk berolahraga biasanya lapangan olahraga juga berfungsi sebagai tempat dilaksanakannya upacara bendera dan juga tempat bermain siswa saat istirahat. Nah, jika tidak ada tentu sekolah menjadi tidak lengkap.
2.    Keberadaan sekolah yang berada di tepi jalan raya
Lokasi sekolah yang terletak di jalan raya, akan menyebabkan kebisingan yang dapat mengganggu konsentrasi siswa ketika belajar, selain itu juga berbahaya bagi keselamatan siswa karena bisa saja ada siswa yang menyebrang tanpa hati-hati dan akhirnya terjadi kecelakaan.
3.    Tangga yang terlalu curam
Bangunan sekolah SDN Kamal 1 ini terdiri atas 2 lantai, pada bagian belakangnya terdapat tangga yang digunakan untuk dapat naik ke lantai 2. Tangga ini memiliki bentuk yang sangat curam, sehingga dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan siswa.
4.    Letak bangunan sekolah yang berdempetan dengan bangunan sekolah yang lain
Lokasi SDN Kamal 1 ini berada tepat di sebelah SMP-LB, nah adanya lembaga sekolah yang berbeda ini dapat menimbulkan dampak kurang baik siswa. Selain dapat mengganggu, keberadaan SMP-LB ini bisa menjadi tempat siswa untuk menjahili anak yang bersekolah di tempat tersebut karena keadaan mereka yang kurang sempurna, sehingga siswa akan tumbuh menjadi anak yang nakal.

b.   Kekurangan Dalam Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, kami juga menemukan beberapa kelemahan dari kegiatan belajar mengajar di SDN Kamal 1 yaitu:
·      Kekurangan di Kelas 5A
1.    Guru bersifat subjektif
     Pada proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak subjektif, artinya membeda-bedakan siswa. Guru harus memperlakukan siswa dengan sama tanpa memandang apakah siswa itu pandai, kurang pandai, kaya ataupun miskin.
Pada pembelajaran IPS di  kelas 5A, guru terkesan pilih-pilih dalam memperlakukan siswa, jadi di dalam kelas ada siswa yang kurang diperhatikan bahkan sering dimarahi dan ada yang sering ditunjuk dan dipuji. Jika hal ini terus terjadi, tentu akan membuat siswa menjadi tidak suka dengan gurunya sehingga pembelajaran tidak bisa berjalan dengan maksimal.
2.      Melakukan kekerasan fisik sebagai hukuman
Dalam proses pembelajaran, hukuman merupakan salah satu metode untuk mencapai tujuan pendidikan sehingga pemberian hukuman harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu:
a.    Hukuman diadakan karena pelanggararan, dan kesalhan yang diperbuat anak didik.
b.    Hukuman diadakan dengan tujuanagar tidak terjadi pelanggaran yang telah dilakukan anak didik (Ahmadi, 2001:153)
     Hukuman fisik berarti hukuman yang melibatkan fisik. Hukuman fisik juga terbagi dua (1) positif dan (2) negatif. Contoh yang positif seperti berlari, berdiri didepan kelas, dijemur, push up, lari keliling sekolah, membersihkan wc, menyapu, dan bernyanyi. Kalau yang negatif seperti di jewer, ditampar, dipukul.
     Hukuman memang perlu dalam pembelajaran, akan tetapi sebagai guru kita harus tau batas. Kita tidak boleh sampai menyakiti siswa yang nantinya bisa berakibat pada keadaannya. Guru d kelas 5 A, di awal pembelajaran menampar siswa untuk menenangkan agar tidak ramai dan supaya pembelajaran dapat segera dimulai. Hal ini tentu tidak dibenarkan, sebab dapat memberikan dampak kepada psikologi dan mental anak tersebut.
3.      Guru menjawab sendiri pertannyaan yang beliau berikan kepada siswa.
     Interaksi antara guru dan siswa sangat diperlukan, sebab bisa meningkatkan pemahaman siswa. Interaksi tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa. Dengan begitu, tingkat pemahaman siswa bisa lebih dalam lagi. Nah, hal ini tidak dilakukan oleh guru di kelas 5 A. Guru tersebut mengajukan pertanyaan kepada siswa di awal pembelajaran sebagai tindakan apersepsi, akan tetapi anehnya guru tersebut menjawabnya sendiri, sehingga hal ini kurang mampu memberikan pemahaman kepada siswa, karena bukan jawaban dari siswa itu sendiri.

4.      Adanya beberapa siswa yang tersisihkan
Dalam kerja kelompok di kelas 5 A, ada satu siswa dalam kelompok yang kurang aktif, karena faktor anggota kelompok bukan teman dekatnya sehingga siswa tersebut tidak diajak diskusi oleh teman kelompoknya. Hal ini tentu akan menimbulkan dampak yang kurang baik kepada siswa tersebut, karena bisa menyebabkan adanya blok-blok di dalam kelas. Hal ini akan berakibat kesolidan kelas berkurang, sehingga mudah terjadi pertengkarang dan permusuhan.
5.      Ada beberapa siswa yang menjadi troublemaker
Di dalam kelas, siswa memiliki bermacam-macam karakter, ada yang rajin, ada yang malas, ada yang pemalu, ada yang pemberani. Dalam suatu kelas terkadang ada juga yang menjadi atau si pembuat onar. Dalam pembelajaran siswa tersebut sering ramai dan terkesan mencari perhatian kepada guru.
6.      Manajemen waktu yang kurang baik
     Ketika melakukan diskusi, siswa kelas 5 A diberikan waktu yang terlalu lama oleh guru untuk memecahkan masalah yang diberikan, sehingga ketika jam pelajaran sudah habis, soal belum selesai dan belum sempat dibahas. Hal seperti ini menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi kurang efisien.

·         Kekurangan kelas 5B
1.      Guru kurang melakukan pembimbingan
Ketika siswa di kelas 5 B melakukan diskusi, guru kurang melakukan pembimbingan dan pengarahan kepada siswanya. Guru lebih sering duduk di depan kelas dari pada berkeliling untuk melihat hasil pekerjaan siswanya. Ketika membimbingpun, guru jarang membimbing siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan, akan tetapi membimbingnya lebih berupa pemberian motivasi dan pembinaan. Guru membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif.  Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi ada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.
2.      Menggunakan metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode mengajar yang baik, namun kurang efektif dalam pembelajaran karena siswa hanya dituntut untuk mendengarkan dan guru hanya menjelaskan materi pembelajaran. Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.di kelas 5B, guru hanya fokus mengajar sehingga siswa hanya mendengarkan saja. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah ini membuat beberapa siswa merasa bosan dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.
3.      Tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti :buku, film, video dan sebagainya. Media sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran, dengan adanya media pendidik dapat lebih mudah dalam menjelaskan materi. Di kelas 5B, guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Pada saat guru menjelaskan tentang kenampakan alam dan buatan yang ada di Indonesia, guru tidak menggunakan media seperti gambar atau yamg lainnya. Guru hanya menyebutkan kenampakan alamnya saja, tanpa menunjukkan bagaimana contoh gambarnya sehingga pemahaman siswa kurang lengkap.
4.      Mencontek saat diskusi
Mencontek adalah mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Mencontek merupakan perilaku yang tidak seharusnya terjadi dalam proses diskusi. Seharusnya dalam proses diskusi siswa saling bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing, sehingga siswa dapat menyampaikan pendapat mereka masing-masing. Di kelas 5 B ini, ada siswa yang terang-terangan mencontek namun dibiarkan saja oleh guru dan teman-temanya.
5.      Kurang melibatkan siswa
Pembelajaran menjadi lebih bermakna ketika siswa tersebut ikut terlibat langsung dalam pembelajara. Di kelas 5B, gurulah yang membacakan hasil diskusi kelas kepada seluruh siswanya.  Padahal cara ini sebenarnya kurang benar, sebab akan lebih baik jika siswa menyampaikan sendiri hasil diskusinya, dengan tujuan agar siswa lebih faham dan juga melatih rasa kepercayaan diri anak dalam menyampaikan pendapatnya dengan tampil di depan kelas.
Pada saat kegiatan diskusi ada baiknya siswa yang membacakan hasil diskusinya, sehingga siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi dan siswa memiliki kepercayaan diri dalam menyampaikan pendapatnya. Dalam hal ini guru sebaiknya hanya menjadi fasilitator yang bertugas membimbing siswa dalam belajar.

2.4       Solusi Dari Permasalahan Pembelajaran IPS SD Di SDN Kamal 1
       Ada beberapa hal yang di keluhkan oleh guru dalam proses pembelajaran IPS, misalkan fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketidaksiapan dari guru yang ada di sekolahnya untuk membelajarkan IPS secara modern melalui media yang canggih.
       Dalam pembelajaran di kelas, guru IPS kurang menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan masih kurang menggunakan metode diskusi di dalam kelas. Ada beberapa metode pembelajaran yang harus divariasikan oleh guru di kelas, misalnya tanya jawab, kartu berpasangan, mind mapping dan lain sebagainya. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah baik, namun masih kurang menggali kemampuan siswa untuk menemukan ide-ide baru dan berdiskusi.
       Pembelajaran IPS yang masih jarang menggunakan kegiatan diskusi, bukan merupakan masalah utama dalam proses pembelajaran di kelas. Ada berbagai macam masalah yang sering dialami oleh guru IPS di dalam kelas, misalnya siswa belum aktif di dalam kelas yang ditandai dengan siswa jarang mengeluarkan pendapat maupun bertanya, siswa ribut sendiri bersama temannya saat proses pembelajaran, dan siswa belum aktif dalam kegiatan kelompok.
       Untuk membuat siswa bisa aktif, guru disini sangat berperan karena di usahakan seorang guru harus bisa mengkondisikan siswanya untuk bisa terlibat aktif dalam diskusi kelas dan di usahakan murid harus dalam kondisi yang siap menangkap semua pelajaran yang akan di bahas di dalam kelas. Disini guru di tuntut untuk bisa meningkatkan kualitasnya, menurut Depdiknas (2005) peningkatan kualitas guru dapat dilihat dari kinerjanya. Berbagai permasalahan dalam pembelajaran IPS di kelas 5 SD di SDN Kamal 1 yaitu:
1.    Sebaiknya guru melakukan pembimbingan, ketika siswa sedang melakukan kegiatan diskusi.
2.    Menghindari tindakan kekerasan fisik terhadap siswa yang dapat menyakiti siswa.
3.    Sebaiknya guru menggunakan media pembelajaran dan memilih metode yang tepat dalam pembelajaran agar minat belajar siswa lebih tinggi sehingga hasil belajarnya bisa maksimal.
4.    Sebaiknya guru tidak menjawab pertanyaanya sendiri yang diajukan kepada siswa, tujuannya agar siswa bisa berlatih untuk menggali pengetahuannya sendiri.
5.    Lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran, agar pemahaman siswa lebih mendalam.
6.    Memberikan himbauan kepada siswa untuk tidak mencontek atau mungkin memberi hukuman jika mencontek masih terus dilakukan.
7.    Guru sebaiknya tidak bersikap subjektif agar tidak ada kecemburuan sosial di antara siswa.
8.    Guru sebaiknya bersikap lebih sabar, agar tidak mudah emosi ketika menghadapi siswanya yang bersikap sedikit kurang sopan.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dalam pembelajaran IPS SD guru harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang aktif, inovatif dan kreatif. Dalam kegiatan pembelajaran IPS SD di kelas 5 di SDN Kamal 1 Bangkalan, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kekurangan tersebut, dapat ditinjau dari 2 aspek yaitu sarana dan prasarana serta dalam proses pembelajarannya itu sendiri.
Dalam mengatasi segala permasalahan yang ada, berikut adalah solusi yang bisa dilakukan, salah satunya yaitu: pengguanaan media pembelajaran dan juga pemilihan metode yang tepat dalam proses pembelajaran IPS SD.

3.2  Saran
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anak. Peningkatan kompetensi guru juga harus terus dilakukan agar guru bisa terus mengembangkan teknik-teknik mengajarnya ahar bisa menciptakan iklim belajar yang nyaman bagi siswa.


DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sadirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional  menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bndung: Rosdakarya.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
http://herdy07.wordpress.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-model-metode-strategi-pendekatan-dan-teknik-pembelajaran/


LAMPIRAN


20160927_105406.jpg
20160927_105206.jpg      20160927_113106.jpg      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Matematika SD

Standar Penilaian dalam Perspektif Standar Nasional Pendidikan